fbpx

Lima Risiko Bisnis Yang Dihadapi Oleh Perusahaan Dalam Masa Pandemi Covid-19

Risiko Bisnis Yang Dihadapi Oleh Perusahaan

Apa saja risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan? Apa yang akan terjadi pada perusahaan Anda jika Covid-19 menyebabkan pengurangan mendadak lebih dari 40% tenaga kerja Anda? Apakah perusahaan Anda termasuk dalam industri yang diperkirakan akan mengalami penurunan pendapatan serius dari pandemi ini? Apakah perusahaan Anda sudah siap untuk menghadapi pandemi virus Corona yang masih menghantui kita?

Efek pandemi seperti yang dinyatakan secara resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada 11 Maret 2020, memiliki dampak yang sangat terasa pada perusahaan, organisasi, masyarakat, pemerintah, dan komunitas. Bahkan hingga tahun kedua yakni 2021 ini, sejumlah perusahaan ritel besar di Indonesia telah mengalami kerugian bahkan tidak mampu bertahan. Melansir dari situs industri.kontan.co.id, (31/5/2021), salah satu yang sedang ramai akhir ini adalah ditutupnya Giant, PT Hero Supermarket Tbk atau Hero Group. Rencananya Hero Supermaket akan menutup seluruh gerai hypermarket Giant di Indonesia per Juli 2021. Perusahaan ritel multiformat ini akan lebih fokus pada pengembangan bisnis IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Hal yang sama juga dialami oleh Matahari Departemen Store. Berdasarkan pemberitaan Kompas.com (27/4/2021), PT Matahari Department Store Tbk (LPFF) akan menutup 13 gerai Matahari di berbagai wilayah, karena operasionalnya justru membebani keuangan LPFF secara umum.

Risiko Bisnis Yang Dihadapi Oleh Perusahaan
Ilustrasi supermarket, foto oleh Rmol.id

Pandemi ini tidak hanya berakibat pada gaya hidup, cara bersosialisasi, namun juga mengganggu jalannya perekonomian. Himbauan untuk membatasi mobilitas di luar rumah membuat banyak pelaku usaha, baik skala besar maupun kecil, sulit untuk tetap bertahan hidup. Berikut adalah beberapa risiko utama yang dihadapi perusahaan ketika krisis Covid-19 semakin berdampak terhadap pendapatan dan aktivitas operasional perusahaan, sebagaimana dikutip dari Jurnal Bisnis Knowledge Wharton:

1. Gangguan Akibat Social Distancing

Social Distancing atau menjaga jarak sosial adalah istilah yang diterapkan pada tindakan tertentu yang diambil oleh pejabat kesehatan masyarakat untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit seperti pandemi Covid-19. Selama bulan Maret 2020 hingga sekarang, kebijakan “menjaga jarak” diterapkan hampir pada semua sektor, baik di tempat kerja dan sekolah. Sebagian besar aktivitas bisnis dan perjalanan telah dibatasi. Bagaimana perusahaan Anda bisa menghasilkan pendapatan dan menjalankan operasi dengan baik?

2. Menurunnya Produktivitas Karyawan

Setiap industri akan terpengaruh, seperti yang mungkin dilihat oleh perusahaan. Selama periode ini banyak karyawan yang tidak dapat bekerja karena sakit, tertular virus Covid-19, dan diberlakukannya isolasi mandiri. Karyawan tentunya juga membutuhkan jam kerja yang fleksibel karena pembatasan aktivitas yang diberlakukan oleh pemerintah.

3. Rantai Pasokan yang Tertekan

Ekonomi global masih sangat terintegrasi dan sebagian besar negara dan perusahaan bergantung pada vendor untuk bisnis mereka. Dari bahan baku farmasi hingga elektronik, dan sebagian besar produk barang konsumen, kemungkinan akan ada penundaan pembelian. Alat berat dan rantai pasokan manufaktur sudah terkena dampak penyebaran Covid-19 di seluruh Asia dan Eropa. Janganlah kita juga lupa bahwa perang dagang besar dengan banyak mitra dagang masih belum terselesaikan.

4. Pengangguran, dan Penarikan Investasi

Banyak Perusahaan meminta karyawannya untuk bekerja dari rumah. Lembaga Pendidikan meminta siswa untuk melakukan pembelajaran sekolah daring. Mesin pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh investasi dan konsumsi yang berkelanjutan tidak bisa berjalan secara normal. Investasi sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian sehingga perusahaan kemungkinan akan mengurangi investasi pertumbuhan yang berkontribusi pada peningkatan jumlah pengangguran. Mungkin akan ada PHK yang signifikan pada bisnis yang ada di “gelombang kedua” Covid-19 yang mungkin melonjak lagi pada tahun 2022.

5. Ketidakstabilan Ekonomi dan Resesi

Di tengah pandemi ini menunjukkan bahwa kita kemungkinan akan berada dalam resesi penuh. Dilansir dari The Economic Times (16/06/2021) resesi adalah perlambatan atau kontraksi besar-besaran dalam kegiatan ekonomi. Penurunan pengeluaran yang signifikan umumnya mengarah pada resesi.

Resesi 2021
Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha, foto oleh BPS

Dikutip dari Badan Pusat Statistik (5/02/2021), dalam hasil datanya mengenai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2020, dikatakan jika Ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07% (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,0%. Sementara itu, dari sisi pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi, Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 7,70%. Sementara, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 14,71%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021
Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran, foto oleh BPS

Jadi sekarang apa? Perusahaan sudah saatnya menerapkan rencana manajemen risiko guna mengatasi setiap risiko bisnis yang terjadi akibat adanya pandemi covid-19. Dengan mengambil langkah-langkah strategi pengambilan risiko yang perlu diterapkan. Dengan ini perusahaan akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengurangi risiko virus Corona terhadap bisnis mereka.

#tags : ,