fbpx

Dinamika Politik Global dan Manejemen Risio Bagi Pelaku Usaha

Dunia usaha memiliki harapan adanya relaksasi dalam melakukan kegiatan bisnis setelah dihantam wabah Covid-19. Ekonomi dunia, merujuk pada Global Economic Prospect yang diterbitkan Bank Dunia edisi Januari 2024, diawali dengan harapan pada tahun 2021 dengan pertumbuhan 6,2%. Namun tidak disangka sejak tahun 2022, dan diperkirakan hingga tahun 2025, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2022 turun menjadi 3,0% dan akan terus turun pada tahun 2023 menjadi 2,6%, lalu 2,4% di tahun 2024, sebelum diperkirakan berbalik arah pada tahun 2025 menjadi 2,7%.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Kita dapat lihat secara jelas bagaimana konflik antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan risiko geopolitik. Meluasnya konflik hingga ke Timur Tengah, dan bagaimana Republik Rakyat Tiongkok ‘bermain-main’ di Laut Cina Selatan dan Taiwan, memberi implikasi yang luas. Upaya Amerika Serikat menekan secara ekonomi dan kebijakan militer, tidak berhasil menurunkan tensi politik global.

Eskalasi konflik ini berdampak pada peningkatan risiko-risiko negatif. Harga energi meningkat dan berpengaruh buruk pada aktivitas bisnis global dan inflasi yang berkelanjutan. Banyak negara kemudian meningkatkan suku bunga riil, dan terjadinya fragmentasi dalam perdagangan global. Merujuk pada laporan Bank Dunia di atas, meskipun pertumbuhannya cenderung mendatar, hanya beberapa negara Asia yang berpotensi tumbuh ekonominya di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia. Bersyukur Indonesia adalah salah satunya, selain tentunya Tiongkok, India, dan Bangladesh.

Dinamika Politik Global dan Manejemen Risio Bagi Pelaku Usaha

Ketidakstabilan politik, konflik, dan perubahan kebijakan dapat berdampak luas pada berbagai sektor, termasuk ekonomi, perdagangan, dan keamanan. Sebagai ‘emerging risk, perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan tantangan yang signifikan bagi pelaku usaha, sehingga mempengaruhi operasi dan tujuan strategis mereka. Untuk itu diperlukan pemindaian terus-menerus terhadap lanskap politik untuk mencari perubahan, memahami implikasi dari perubahan-perubahan tersebut, dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko-risiko yang terkait. Tentunya kemudian perlu ditindaklanjuti dengan pemantauan perkembangan politik, menilai potensi dampaknya, dan menerapkan langkah-langkah untuk memitigasi dampak buruk atau memanfaatkan peluang.

Bagaimana Mengelola Emerging Risk?

Situasi geopolitik hanya satu dari sekian potensi yang akan membawa para pelaku usaha menghadapi emerging risk. Beberapa hal yang sudah kita rasakan dan akan terus menjadi disrupsi antara lain:

  1. Globalisasi, bagaimana bisnis yang berekspansi ke pasar internasional dapat menghadapi pasar baru dengan budaya dan peraturan yang berbeda;
  2. Teknologi baru, keberadaan blockchain dan kecerdasan buatan telah mengubah cara pandang masyarakat dan akan terus meluas pengaruhnya;
  3. Perubahan sosial atau organisasi, pertumbuhan organisasi secara cepat melalui merger, akuisisi dan aksi korporasi lainnya berpotensi mengganggu kegiatan operasi organisasi; dan
  4. Digitalisasi, yang dapat membuat kita menghadapi isu keamanan siber dan pengelolaan data, termasuk data pribadi, yang lebih baik.

Menghadapi beragam situasi yang disruptif ini diperlukan siklus intelijen risiko terhadap potensi emerging risk. Siklus ini secara operasional akan sangat abstrak karena banyaknya faktor berwujud dan tak berwujud yang mendorong timbulnya risiko. Namun siklus ini dirancang untuk mendeteksi perubahan dalam lingkungan eksternal dan kemudian membangun pemahaman tentang bagaimana perubahan tersebut dapat berdampak pada proses dan tujuan organisasi.

Siklus intelijen risiko melibatkan rangkaian proses yang berulang dan dalam ISO 31050:2023, dilakukan terhadap data, informasi, dan pengetahuan terhadap emerging risk. Setidaknya terdapat tiga tingkatan dalam melaksanakan siklus intelijen risiko, yaitu dengan pendekatan operasional, taktis, dan strategis. Efektifitas dari siklus ini, termasuk dalam kaitannya dengan prinsip dan proses manajemen risiko dalam ISO 31000:2018, dapat dilihat pada dokumen resmi ISO/TS 31050:2023

Dinamika Politik Global dan Manejemen Risio Bagi Pelaku Usaha

Bagi organisasi yang ingin menjaga tingkat maturitas risiko yang terbaik, perlu kiranya mengetahui, memahami dan mengelola risiko menggunakan keluarga ISO 31000:2018. Memahami definisi terkait risiko dan manajemen risiko dapat menggunakan ISO 31072:2022. Kemudian rangkaian prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko referensinya adalah ISO 31000:2018. Sementara teknik penilaian risiko bisa mengacu pada ISO IEC 31010:2019. Dan dalam menghadapi emerging risk, panduannya adalah ISO/TS 31050:2023.

Pemahaman manajemen risiko yang kuat dengan rangkaian panduan yang tersedia, baik dengan pendekatan COSO ERM maupun keluarga ISO 31000:2018, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan organisasi. Pelaku bisnis dapat mengelola risiko-risiko yang muncul secara efektif, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi ancaman dan menyerap dampaknya, serta memanfaatkan peluang dan memperoleh keuntungan dari perubahan yang terjadi. Untuk dapat mengelola risiko secara paripurna, penerapan manajemen risiko khususnya dengan pendekatan ISO 31050:2023 memerlukan fokus yang kuat pada hasil akhir berupa pengetahuan terapan untuk mendorong pengambilan keputusan,  untuk strategi2. Sehingga organisasi perlu menyesuaikan strategi manajemen risiko mereka sesuai dengan konteks dan kebutuhan spesifik mereka, khususnya menghadapi risiko yang mungkin muncul dari hal yang tidak terduga.

Penulis

Deden Wahyudiyanto CSA, CRP, CIB, CPIA, GRCP

President Director at PT TAP Kapital Indonesia

#tags : ,